Disusun oleh Kelompok 11:
Kelas 1EB25
Geni Enka Lestari (23211029)
Luthfi Yuliana (24211180)
Shinta Amelia Dwiputri (29211160)
Wiris Eria Rahmawati (28211069)
BAB
I
PENDAHULUAN
Krisis global pada beberapa waktu yang lalu cukup membuat keadaan
perekonomian di berbagai Negara sangat menghawatirkan dan membuat tingkat
perekonomian menerun tajam, yang mengakibatkan suasana ketidakpastiannya sangat tinggi terhadap masa depan suatu Negara
yang mengalaminya. Kepercayaan
masyarakat dunia terhadap perekonomian pun ikut
menurun tajam
dikarenakan terjadinya krisis global tersebut.
Akibatnya, gambaran ekonomi dunia terlihat makin suram dari
hari ke hari walaupun semua bank sentral sudah menurunkan suku bunga sampai
tingkat yang terendah.
Untuk menangani agar tidak terjadinya krisis global tersebut berbagai
elemen-elemen dari suatu Negara mencoba mencari, dan berusaha menemukan jalan
keluar dari masalah krisis global tersebut.
Berbagai cara telah dilakukan demi
mengembalikan kepercayaan masyarakat dunia terhadap perekonomian yang menurun
tajam tersebut kembali stabil dan kembali dalam keadaan yang aman. Salah satu
cara yang dilakukan Negara Indonesia untuk mengatasi dan mencegah terjadinya
krisis global tersebut agar tidak terulang kembali adalah melakukan
kebijakan-kebijakan yang bertujuan agar kondisi perekonomian Indonesia pulih
kembali.
Kebijakan yang akan penulis bahas
pada tulisan ini adalah kebijakan moneter. Penulis mencoba memaparkan atau menjelaskan apakah yang di maksud kebijakan moneter, tujuan dari
kebijakan moneter tersebut, dan lain sebagainya. Penulis ingin juga mengetahui
apakah keputusan yang dilakukan dalam
kebijakan moneter ini
berfungsi guna mengatasi atau mencoba memperbaiki perekonomian Indonesia yang
sempat menurun tajam pada masa yang
lalu, ataupun berguna di masa yyang akan datang apabila terjadi hal yang sama
untuk ke dua kalinya.
BAB II
ISI
2.1 Pengertian Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter adalah
proses mengatur persediaan uang sebuah negara untuk
mencapai tujuan tertentu; seperti menahan inflasi,
mencapai pekerja penuh
atau lebih
sejahtera. Kebijakan moneter dapat melibatkan mengeset standar bunga pinjaman, "margin requirement", kapitalisasi untuk bank atau
bahkan bertindak sebagai peminjam
usaha terakhir atau melalui persetujuan melalui negosiasi
dengan pemerintah lain. Kebijakan
Moneter adalah kebijakan yang dilakukan oleh otoritas moneter (Bank Sentral)
untuk mempengaruhi kegiatan ekonomi melalui pengawasan uang beredar atau suku
bunga, atau kombinasi keduanya, usaha
tersebut dilakukan agar terjadi kesetabilan harga, dan inflasi, serta
terjadinya peningkatan output keseimbangan (id.wikipedia.org).
Kebijakan moneter adalah upaya untuk mencapai tingkat pertumbuhan
ekonomi yang tinggi secara berkelanjutan dengan tetap mempertahankan kestabilan
harga. Untuk mencapai tujuan tersebut Bank Sentral atau Otoritas Moneter
berusaha mengatur keseimbangan antara persediaan uang dengan persediaan barang
agar inflasi dapat terkendali, tercapai kesempatan kerja penuh dan kelancaran
dalam pasokan/distribusi barang. Kebijakan moneter dilakukan
antara lain dengan salah satu namun tidak terbatas pada instrumen sebagai
berikut yaitu suku bunga, giro wajib minimum, intervensi dipasar valuta asing
dan sebagai tempat terakhir bagi bank-bank untuk meminjam uang apabila
mengalami kesulitan likuiditas (id.wikipedia.org).
Dengan
kata lain, kebijakan
moneter adalah proses di mana pemerintah, bank sentral, atau otoritas moneter
suatu negara kontrol supplay
(i) uang, (ii) ketersediaan uang, dan (iii) biaya uang atau suku bunga untuk
mencapai menetapkan tujuan berorientasi pada pertumbuhan dan stabilitas ekonomi (donielibra.wordpress.com).
Kebijakan Moneter bertumpu pada hubungan
antara tingkat bunga dalam suatu perekonomian, yaitu harga di mana uang yang
bisa dipinjam, dan pasokan total uang. Kebijakan moneter menggunakan berbagai
alat untuk mengontrol salah satu atau kedua, untuk mempengaruhi hasil seperti
pertumbuhan ekonomi, inflasi, nilai tukar dengan mata uang lainnya dan
pengangguran. Dimana mata uang adalah di bawah monopoli penerbitan, atau dimana
ada sistem diatur menerbitkan mata uang melalui bank-bank yang terkait dengan
bank sentral, otoritas moneter memiliki kemampuan untuk mengubah jumlah uang
beredar dan dengan demikian mempengaruhi tingkat suku bunga untuk mencapai kebijakan
gol (donielibra.wordpress.com).
2.2 Penggolongan
Kebijakan Moneter
Pengaturan
jumlah uang yang beredar pada masyarakat diatur dengan cara menambah atau
mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan moneter dapat digolongkan
menjadi dua, yaitu :
1.
Kebijakan
Moneter Ekspansif / Monetary Expansive
Policy
Kebijakan Moneter Ekspansif adalah suatu kebijakan dalam
rangka menambah jumlah uang yang beredar.
2. Kebijakan Moneter Kontraktif / Monetary
Contractive Policy
Kebijakan Moneter Kontraktif adalah suatu kebijakan dalam
rangka mengurangi jumlah uang yang beredar. Disebut juga dengan “kebijakan
uang ketat” (tight money policy).
2.3 Instrumen-Instrumen
Kebijakan Moneter
Kebijakan
moneter dapat dilakukan dengan
menjalankan instrumen kebijakan moneter, yaitu antara lain :
1.
Operasi
Pasar Terbuka (Open Market Operation)
Operasi pasar terbuka adalah cara mengendalikan uang yang beredar
dengan menjual atau membeli surat berharga pemerintah (government securities).
Jika ingin menambah jumlah uang beredar, pemerintah akan membeli surat berharga
pemerintah. Namun, bila ingin jumlah uang yang beredar berkurang, maka
pemerintah akan menjual surat berharga pemerintah kepada masyarakat. Surat
berharga pemerintah antara lain diantaranya adalah SBI atau singkatan dari
Sertifikat Bank Indonesia dan SBPU atau singkatan atas Surat Berharga Pasar
Uang.
· Opersai Pasar Terbuka Jika Perekonomian Dalam Kondisi Resesi (Under Employment)
Kondisi resesi/Under
Employment/kerusuhan ekonomi adalah keadaan perekonomian dimana banyak
pengangguran faktor produksi dan menurunnya permintaan masyarakat terhadap
barang dan jasa sebagai pendapatan nasional yang sebenarnya terjadi (aktual)lebih
kecil dari pendapatan nasional yang seharusnya terjadi yaitu pendapatan
nasional full employment (YFE).
Gambar c.1 Under Employment
AD (C+I+G+X-M) Y=AD
ADFE
Defkationary gap (jurang deflasi)
AD aktual
Dilakukan
penambahan jumlh uang beredar u/ menaikkan Yaktual YFE
Income defkationary gap
0 Yaktual YFE Y
a.
Agar kegiatan perekonomian meningkat, maka bank sentral perlu
menaikkan jumlah uang beredar melalui pembelian surat-surat berharga dari
bank-bank dan masyarakat.
b.
Jika jumlah uang beredar banyak, maka permintaan masyarakat
terhadap barang dan jasa ikut naik dan selanjutnya akan mendorong kegiatan
produksi dalam perekonomian terjadi kenaikan penyerapan tenaga kerja dan
kenaikan produksi/pendapatan nasional Yaktual akan naik mendekati atau sma dengan YFE resesi
berkurang atau hilang.
· Operasi Pasar Terbuka Jika Perekonomian Dalam Kondisi Inflasi (Over Employment)
Kondisi inflasi/naiknya harga-harga umum dapat terjadi apabila
kapasitas produksi perusahhaan telah digunakan secra penuh tapi permintaan
masyarakat terhadap barang dan jasa terus meningkat sehingga pendapatan aktual
> pendapatan nasional fulll employment.
Untuk mengatasinya dilakukan dengan menurunkan/mengurangi jumlah uang beredar
yang ada si masyarakat melalui penjualan surat-surat berharga oleh bank sentral
kepada pihak bank-bank umum.
Gambar c.1.1 Over Employment
AD (Agregat
Demand)
Y=AD
ADFE
Infalationary
gap (jurang inflasi)
ADaktual
Dilakukan penambahan jmlh uang beredar u/ menaikkan Yaktual YFE
450 Income Infkationary gap
0
YFE Yaktual Y
2.
Fasilitas
Diskonto (Discount Rate)
Fasilitas diskonto adalah pengaturan jumlah duit yang beredar
dengan memainkan tingkat bunga bank sentral pada bank umum. Bank umum
kadang-kadang mengalami kekurangan uang sehingga harus meminjam ke bank
sentral. Untuk membuat jumlah uang bertambah, pemerintah menurunkan tingkat
bunga bank sentral, serta sebaliknya menaikkan tingkat bunga demi membuat uang
yang beredar berkurang. Ada 2 cara yang dapat dilakukan oleh bank sentral dalam
membantu bank-bank umum yaitu memberi pinjaman atau sengan membeli surat-surat
berharga yang dimiliki bank umum.
3. Rasio Cadangan Wajib (Reserve
Requirement Ratio)
Rasio cadangan wajib adalah
mengatur jumlah uang yang beredar dengan memainkan jumlah dana cadangan
perbankan yang harus disimpan pada pemerintah. Untuk menambah jumlah uang,
pemerintah menurunkan rasio cadangan wajib. Untuk menurunkan jumlah uang
beredar, pemerintah menaikkan rasio.
4.
Himbauan Moral (Moral Persuasion) dan Kebijakan
Kredit Selektif
Himbauan moral adalah kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang
beredar dengan jalan memberi imbauan kepada pelaku ekonomi. Contohnya seperti
menghimbau perbankan pemberi kredit untuk berhati-hati dalam mengeluarkan
kredit untuk mengurangi jumlah uang beredar dan menghimbau agar bank meminjam
uang lebih ke bank sentral untuk memperbanyak jumlah uang beredar pada
perekonomian. Cara melakukan 2 kebijakan moneter ini adalah dengan melakukan
pengawasan secara selektif silakukan dengan menetukan jenis-jenis pinjaman mana
yang harus dikurangi, dan man yang harus dikembangkan, dan pembujukkan moral
yang dilakukan bank sentral dengan mengadakan pertemuan langsung dengan
pimpinan bank-bank umum untuk meminta bank umum melakukan langkah tertenru agar
mempengaruhi kegiatan ekonomi.
2.4 Jenis-jenis
Kebijakan Moneter
Dalam
prakteknya, untuk menerapkan semua jenis kebijakan moneter alat utama yang
digunakan adalah memodifikasi jumlah uang primer yang beredar. Otoritas moneter
melakukan hal ini dengan membeli atau menjual aset keuangan (biasanya kewajiban
pemerintah). Ini operasi pasar terbuka berubah baik jumlah uang atau likuiditas
(jika bentuk cair kurang dari uang yang dibeli atau dijual). The multiplier effect perbankan cadangan
fraksional memperkuat dampak dari tindakan transaksi pasar Konstan oleh
otoritas moneter memodifikasi pasokan mata uang dan ini dampak variabel pasar
lain seperti suku bunga jangka pendek dan nilai tukar. Adapun jenis-jenis kebijakan moneter antara lain:
- Inflasi
Penargetan
Berdasarkan
pendekatan kebijakan target adalah
bertujuan untuk menjaga inflasi, di bawah sebuah
definisi tertentu seperti Indeks Harga Konsumen (IHK), dalam kisaran yang diinginkan. Target
inflasi ini dicapai melalui penyesuaian berkala kepada Bank Sentral suku bunga
target. Tingkat bunga yang digunakan adalah umumnya tingkat antar bank di mana
bank meminjamkan kepada satu sama lain untuk keperluan arus kas. Tergantung
pada negara ini tingkat bunga tertentu yang bisa disebut uang bunga. Target suku bunga
dipertahankan untuk jangka waktu tertentu menggunakan operasi pasar terbuka.
Perubahan
target suku bunga dibuat sebagai tanggapan terhadap berbagai indikator pasar
dalam upaya untuk memperkirakan tren ekonomi dan dengan demikian pasar tetap
pada jalur untuk mencapai sasaran inflasi yang ditetapkan. Sebagai contoh, satu
metode sederhana inflation targeting disebut aturan Taylor menyesuaikan tingkat
suku bunga sebagai respon terhadap perubahan dalam tingkat inflasi dan
kesenjangan output . Aturan diusulkan oleh John B. Taylor dari Universitas
Stanford. Penargetan inflasi
pendekatan untuk pendekatan kebijakan moneter ini dipelopori di Selandia Baru.
- Harga
Penargetan Tingkat
Harga
penargetan tingkat mirip dengan inflation targeting kecuali bahwa pertumbuhan
CPI dalam satu tahun atas atau di bawah target tingkat harga jangka panjang
adalah offset pada tahun-tahun berikutnya sehingga tingkat harga yang
ditargetkan tercapai dari waktu ke waktu, misalnya lima tahun, memberikan
kepastian lebih lanjut tentang masa depan kenaikan harga kepada konsumen. Dalam
inflation targeting apa yang terjadi pada tahun-tahun terakhir segera tidak
diperhitungkan atau disesuaikan dalam tahun berjalan dan masa depan.
- Agregat
Moneter
Pada
1980-an, beberapa negara menggunakan pendekatan yang didasarkan pada
pertumbuhan konstan dalam jumlah uang beredar. Pendekatan ini disaring untuk
memasukkan kelas yang berbeda dari uang dan kredit (M0, M1 dll). Di Amerika
Serikat ini pendekatan kebijakan moneter dihentikan dengan pemilihan Alan
Greenspan sebagai Ketua Fed. Pendekatan ini juga kadang-kadang disebut
monetarisme . Sementara kebijakan yang paling moneter berfokus pada sinyal
harga satu bentuk atau lain, pendekatan ini difokuskan pada jumlah moneter.
- Nilai
Tukar Tetap
Kebijakan ini didasarkan pada
mempertahankan nilai tukar tetap dengan mata uang asing. Ada berbagai tingkat
nilai tukar tetap, yang dapat peringkat dalam kaitannya dengan cara kaku kurs
tetap adalah dengan bangsa jangkar.
Di bawah sistem nilai fiat tetap,
pemerintah daerah atau otoritas moneter menyatakan nilai tukar tetap tetapi
tidak aktif membeli atau menjual mata uang untuk mempertahankan tingkat.
Sebaliknya, tingkat dipaksakan oleh-konvertibilitas tindakan-tindakan non (misalnya
kontrol modal, impor/lisensi ekspor, dll). Dalam hal ini ada tingkat pasar
gelap tukar dimana perdagangan mata uang pada pasar/nilai tidak resmi.
2.5 Kebijakan
Moneter yang Dilakukan Pemerintah
|
|
3.
Sanering adalah
kebijakan moneter yang dilakukan oleh bank sentral dengan cara pengguntingan
(pemotongan) uang. Hal ini dilakukan untuk menyehatkan kembali nilai uang
yang sudah jatuh. Pemerintah Indonesia pernah melakukan kebijakan sanering
pada tahun 1950an.
|
2.6 Tujuan
Kebijakan Moneter
Di
bawah ini adalah tujuan dari dilakukannya Kebijakan Moneter:
1. Stabilitas Ekonomi
Stabilitas ekonomi adalah suatu keadaan di mana
pertumbuhan ekonomi berlangsung secara terkendali dan berkelanjutan. Artinya,
pertumbuhan arus barang/jasa dan arus uang berjalan seimbang.
2. Kesempatan Kerja
Kesempatan kerja akan meningkat bila produksi
meningkat. Peningkatan produksi biasanya diikuti dengan perbaikan nasib para
karyawan ditinjau dari segi upah maupun keselamatan kerja. Perbaikan upah dan
keselamatan kerja akan meningkatkan taraf hidup karyawan dan pada akhirnya
kemakmuran dapat tercapai.
3. Kestabilan Harga
Kestabilan harga ditandai dengan stabilitas harga
barang dari waktu ke waktu. Harga yang stabil menyebabkan masyarakat percaya
bahwa membeli barang pada tingkat harga sekarang sama dengan tingkat harga yang
akan datang, atau daya beli uang dari waktu ke waktu adalah sama.
4. Neraca Pembayaran Internasional
Neraca
pembayaran dapat dikatakan dalam keadaan seimbang apabila jumlah nilai barang yang
diekspor sama dengan nilai barang yang diimpor. Untuk mendapatkan neraca pembayaran
yang seimbang, pemerintah sering menjalankan kebijakan moneter. Contohnya
adalah dengan cara melakukan devaluasi.
2.7 Pengaruh
Kebijakan Moneter
Di bawah ini adalah penggambaran singkat mengenai
pengaruh dari kebijakan moneter:
Gambar di atas menunjukkan bahwa melalui
instrumen (Opersasi pasar terbuka, tingkat diskonto, cadangan minuman,
himbauan, dll) serta indikator moneter (tingkat bunga, jumlah uang beredar),
kebijakan di bidang moneter akan mempengaruhi perekonomian, yang terlihat dari
perubahan pendapatan nasional/GDP, tingkat inflasi, jumlah penganngguran dan
neraca pembayaran). Meskipun demikian kebijakan pemerintah lainnya juga turut
mempengaruhi beberapa indikator perekonomian tersebut. Jumlah uang beredar
merupakan salah satu indikator kebijakan moneter yang
sangat penting dan
memiliki peranan yang besar karena dampak langsungnya
pada perekonomian
Indonesia. Dampak tersebut terjadi melalui beberapa jalur,
seperti Jalur Biaya
Modal, Jalur Kekayaan,
Jalur Harga Relatif
dan Jalur Langsung.
2.8 Kebijakan
Moneter dan Aliran Pemikiran Ekonomi
Pengaruh
kebijakan moneter terhadap output dan harga merupakan perdebatan yang panjang
baik berkaitan segi teoritis maupun empiris. Hal itu tidak terlepas dari
perkembangan aliran pemikiran ekonomi dari mulai clasical, neo-clasical, neo-clasical synthesis, new clasical dan new keynesian.
Dalam
pandangan Klasik bahwa uang hanya berpengaruh terhadap harga dan tidak terhadap
output. Dengan mengunakan analisa general ekulibrium yang memasukan uang ke
dalam model menghasilkan money neutrality yang menunjukan uang tidak
berpengaruh terhadap keseimbangan pasar.
Di
sisi lain, pandangan Keynesian bahwa uang berpengaruh terhadap harga dan output
karena adanya rigiditas harga dan penganguran tak sukarela (involuntary unemployment). Pandangan tersebut dimodelkan dengan
IS-LM untuk keseimbangan pasar uang dan pasar barang (aggregate demand) serta dan adanya disekuilibrium pasar tenaga
kerja pada sektor perusahaan (aggregate
supply).
Pada
tahun 1960-an terjadi konsensus pandangan bahwa uang dapat mempengaruhi output
dan harga dalam jangka pendek yang disebut sebagai Neoclasical Synthesis. Pada
kurun waktu tersebut struktur labor market digantikan dengan Phillip curve
untuk mengekspresikan aggregate supply.
Dalam
model Neoclassical Synthesis menjelaskan terjadinya rigiditas harga dan upah
karena adanya asumsi perilaku perusahaan dalam menentukan harga yaitu secara
mark-up dari upah. Oleh karena itu, walaupun real wage adalah flexible, namun
karena pricing behaviour dilakukan secara mark-up maka terjadi rigiditas harga
dan upah sehingga money supply berpengaruh terhadap real output dan harga.
Nilai
ekpektasi agen ekonomi untuk menyikapi ketidakpastian yang akan datang sangat
mempengaruhi dalam makroekonomi. Dua hipotesis ekpektasi yang penting dalam
ekonomi adalah adaptive expectation dan rational expectation. Milton Freidman
(1957) memperkenalkan adaptive expectation yaitu bahwa ekpektasi agen ekonomi
dibentuk oleh observasi inflasi saat ini. Fenomena Phillip curve ditantang oleh
Friedman yang mengemukakan argumen bahwa hanya unanticipated inflation saja
yang berpengaruh terhadap unemployment. Ekonom ini menekankan pentingnya
ekpektasi pada aggregate supply sehingga memperbaiki Philip curve menjadi
expectation-augmented Phillip curve.
Pada
tahun 70-an merupakan periode yang sulit bagi Keynesian. Lucas (1976) dan
Sargent-Wallace(1975) memperkenalkan rational expectation yang mengasumsikan
agen ekonomi mengunakan semua informasi yang relevan untuk membentuk ekpektasi
atau memperkirakan variabel ekononmi yang akan datang. Oleh karena kebijakan
moneter dan kebijakan fiskal mempengaruhi inflasi, maka ekpektasi inflasi juga
bergantung pada efek kebijakan tersebut. Oleh sebab itu, perubahan dalam
kebijakan moneter dan fiskal akan mempengaruhi perubahan ekpektasi agen
ekonomi. Sehingga, evaluasi kebijakan tersebut harus mempertimbangkan efek dari
ekpektasi agen ekonomi.
Lucas(1976)
mengkritik bahwa hasil estimasi parameter dari model ekonometrik tidak stabil
karena jika terjadi perubahan perilaku policy maker maka ekpektasi private
agent juga akan berubah sehingga akan mempengaruhi parameter model ekonometrik
tersebut. Kritik ini mempengaruhi dua aspek, yaitu merevisi model makroekonomi
dengan memasukkan unsur rational expectation serta memperkuat model
makroekonomi dengan landasan mikroekonomi.
Pada
tahun 80-an pemikiran classical sangat dominan. Dalam paradigma New Clasical,
Kydland – Prescott (1982) memperkenalkan real business cycle theory (RBC) yang
diawali dengan asumsi mikroekonomi preferensi konsumsi rumah tangga, fungsi
produksi perusahaan dan struktur pasar. Dengan optimalisasi intertemporal
konsumsi rumah tangga dan perusahaan serta pasar adalah kompetitif maka
diperoleh solusi dynamic general equilibrium model. Mereka berhasil membuat
replikasi data USA. Model RBC mengsumsikan bahwa output selalu dalam natural
level dan semua fluktuasi output adalah pergerakan dari natural level dari
output itu sendiri. Penyebab fluktuasi output tersebut menurut Prescott adalah
adanya perubahan atau shock dalam teknologi. Demikian pula, dalam model RBC
perubahan money supply tidak berdampak pada output.
Setelah
dekade 80-an penelitian tentang RBC berkembang dengan berbagai model. Debat
tentang technogy shock memberikan inspirasi peneliti untuk mengembangkan
berbagai model dengan memasukan berbagai aspek antara lain; oil shock, fiscal
shock, monetary model, serta multiple equilibrium model (Rebelo, 2005).
Penelitian
terkini tentang model RBC berkaitan dengan kebijakan moneter yaitu dengan
memasukkan unsur nominal rigidity wage and price pada model, sehingga perubahan
dalam money supply dapat mempengaruhi output. Model ini dikenal sebagai model
Dynamic Stocastics General Equlibrium (DSGE). Beberapa peneliti Christiano,
Eichenbaum and Evans (2003), Woodford (2003), Smets and Wouters (2004) and
Laxton and Pesenti (2003) membangun dan mengestimasi model DSGE yang berbasis
RBC dengan nominal rigidities pada upah dan harga termasuk asumsi imperfect
competition pada pasar labor market dan product market.
Arus
utama lainnya adalah New Keynesian merupakan perbaikan dari Neo-clasical
synthesis dengan memasukan aspek rational expectation serta memperkuat landasan
mikroekonomi. Namun demikian, ekonom Keynesian masih tetap mempercayai adanya
imperfect market dan nominal rigidity dapat mengakibatkan fluktuasi (deviasi)
output dari natural output. Fischer (1977) dan Taylor (1980) berpendapat bahwa
terjadinya nominal rigity disebabkan adanya staggering of wage and price
dicisions oleh perusahaan-perusahaan. Adanya Staggering dalam upah dan harga
tersebut mengakibatkan penyesuaian price level secara perlahan-lahan sehingga
perubahan dalam aggregate demand berdampak pada fluktuasi output.
Dalam
sintesa New Keynesian, para ekonom [Gali dan Gertler (1999) dan Gali et al.
(2001); Roberts (2001); Fuhrer (1997); Linde (2005)] telah mempelajari
bagaimana membangun model yang sederhana, saling terkait, dan struktural yang
dapat menjelaskan mekanisme transmisi moneter khususnya transmisi melalui
interest rate dan pengaruhnya terhadap inflasi dan output. Model tersebut
dikenal sebagai model New Keynesian Small Macroeconomics (NKSM) dengan
pendekatan dynamic stochastic general equlibrium yang mengandung aspek
ekpektasi dan juga solid dengan landasan mikroekonomi. Model sederhana tersebut
mengandung aggregate demand, price-setting (Phillips) curve, dan fungsi reaksi
dari suatu kebijakan suku bunga terhadap output dan inflasi. Model ini
mewujudkan prinsip dasar dari peran bijakan moneter melalui instrumen suku
bunga nominal untuk stabilisasi inflasi.
Secara
teknis model DSGE mempunyai kelemahan dalam hal teknik calibrasi yang sulit untuk
menciptakan replikasi data yang sesuai dengan data aktual, namun keunggulannya
bahwa parameter model DSGE merupakan “deep parameter” (parameter untuk variabel
yang lebih mikro). Sedangkan NKSM mempunyai keunggulan dapat menjelaskan
kondisi perekonomian yang lebih sederhana, namun kelemahannya adalah sulit
untuk mendapatkan hubungan antar variabel yang signifikan karena adanya
unobserved variabel atau korelasi serial.
2.9 Hubungan
Antara Kebijakan Moneter dan Kebijakan Fiskal
Sebagaiman kita ketahui bahwa kebijakan
moneter akan mempengaruhi pasar uang dan pasar surat berharga, dan pasar uang
dan surat berhargta itu akan menentukan tinggi rendahnya tingkat bunga, dan
tingkat bunga akan memperngaruhi tingkat agregat. Kebijakan fiskal akan
mempunyai pengaruh terhadap permintaan dan penawaran agregat, yang pada
giliranya permintaan dan penawaran agregat itu akan menentukan keadaan di pasar
barang dan jasa. Kondisi di pasar barang dan jasa ini akan menentukan tingkat
harga dan kesempatan kerja akan menentukan tingkat pendapatan dan tingkat upah
yang di harapkan. Keduanya akan memiliki umpan balik yaitu pendapatan akan
memberikan umpan balik terhadap permintaan agregat dan upah harapan mempunyai
umpan balik terhadap penawaran agregat dan pasar uang serta pasar surat
berharga.
BAB III
KESIMPULAN
Kebijakan moneter adalah
proses mengatur persediaan uang sebuah negara untuk
mencapai tujuan tertentu yang dilakukan
dengan berbagai cara seperti menahan inflasi,
mencapai pekerja penuh
atau lebih
sejahtera. Kebijakan moneter dapat melibatkan mengeset standar bunga pinjaman, "margin requirement", kapitalisasi untuk bank atau
bahkan bertindak sebagai peminjam
usaha terakhir atau melalui persetujuan melalui negosiasi
dengan pemerintah lain. Kebijakan
Moneter juga merupakan kebijakan yang
dilakukan oleh otoritas moneter (Bank Sentral) untuk mempengaruhi kegiatan
ekonomi melalui pengawasan uang beredar atau suku bunga, atau kombinasi
keduanya, usaha tersebut dilakukan agar terjadi kesetabilan
harga, dan inflasi, serta terjadinya peningkatan output keseimbangan.
Di dalam melakukan kebijakan moneter Negara melakukan penggolongan menjadi dua macam
yakni
kebijakan
moneter
ekspansif/monetary expansive policy dan kebijakan moneter
kontraktif/monetary contractive policy. Kebijakan moneter dapat dilakukan dengan menjalankan instrumen kebijakan
moneter, yaitu antara lain operasi pasar terbuka, fasilitas diskonto (discount
rate), rasio cadangan wajib (reserve
requirement ratio), himbauan moral (moral persuasion)
dan kebijakan kredit selektif. Dalam praktek kebijakan moneter terdapat macam-macam kebijakan ataupun
usaha-usaha yang dilakukan yang terdiri dari inflasi
penargetan, harga penargetan tingkat, agregat moneter, nilai tukar tetap, serta dengan melakukan kegiatan devaluasi
evaluasi, dan sanering.
Adapun
tujuan yang diharapkan dalam kebijakan moneter adalah stabilitas ekonomi, kesempatan kerja, kestabilan harga, neraca
pembayaran internasional. Instrumen-Instrumen kebikan moneter seperti opersasi
pasar terbuka, tingkat diskonto, cadangan minuman, himbauan, dan lain
sebagainya, serta indikator moneter (tingkat bunga, jumlah uang beredar), akan
mempengaruhi perekonomian suatu Negara.
Kebijakan Moneter memunculkan
aliran-aliran pemikiran ekonomi mulai dari clasical, neo-clasical, neo-clasical synthesis, new clasical dan new keynesian.
Daftar Referensi
Eleraning
Gunadarma. Kebijaksanaan Moneter.
Retrived from http://
elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/kebijakan_fiskal_moneter/bab5-kebijaksanaan_moneter.pdf
diunduh tanggal 18 April 2012.
Munir, Sahibul, Ir. (2008).
Pengantar Ilmu Ekonomi Makro
Kebijakan Moneter dan Fiskal (Modul 9). Diunduh
tanggal 18 April 2012.
Shvoong. Pengertian dan
Macam Kebijakan Moneter. http://id.shvoong.com/social-sciences/economics/2132245-pengertian-dan-macam-kebijakan-moneter/#ixzz1saKwKC2w
diunduh tanggal 18 April 2012.
Staffsite Gunadarma. Transmisi Kebijakan Moneter Bab 7.
Retrived from http:// staffsite.gunadarma.ac.id/arisbudi/index.php?stateid=download
diunduh tanggal 18 April 2012.
Wikipedia. Kebijakan Moneter. Retrived from http://id.wikipedia.org/wiki/Kebijakan_moneter
diunduh tanggal 18 April 2012.
Wordpress.
Makalah Ekonomi Makro Tentang Kebijakan Fiskal dan Moneter. Retrived from http://donielibra.wordpress.com/makalah-ekonomi-makro-tentang-kebijakan-fiskal-dan-moneter/
diunduh tanggal 18 April 2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar